• . Pray @ Masjid
    . Sholat berjama'ah di masjid yuk! ^^

Senin, 18 April 2011

Surat dari Kartini



Hari Kartini, yang diperingati setiap tanggal 21 April, selalu terekam kenangan tentang bagaimana hari tersebut diperingati. Lomba kebaya dan lagu “Ibu Kita Kartini”, demikianlah kenangan itu. Di sekolah-sekolah dasar, sudah merupakan pemandangan tahunan jika peringatan ditandai dengan parade gadis-gadis kecil berkebaya bak potret atau gambar Kartini.


Dari peringatan tahun ke tahun, akhirnya timbul satu pertanyaan: apa yang kebanyakan orang ketahui tentang Kartini? Selain tentang tanggal kelahirannya pada 21 April 1879 di Jepara, bisa dipastikan khalayak juga tahu tentang surat-surat Kartini yang terkumpul dalam sebuah buku dan diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Judul buku kumpulan surat-surat Kartini kepada beberapa sahabatnya di Belanda ini memang sudah amat dikenal orang. Semacam pengetahuan umum yang wajib diketahui.


Namun sayangnya, kepopuleran “Habis Gelap Terbitlah Terang” di negeri ini bukan berarti telah banyak orang yang benar-benar mengetahui isi surat-surat Kartini. Padahal, apa makna peringatan Hari Kartini bisa dipahami semata-mata hanya dengan mengetahui buah- buah pikirannya dalam surat-surat tersebut. Hasil jajak pendapat menguatkan tuduhan ini. Sebagian besar orang yang mengetahui atau pernah mendengar tentang buku kumpulan surat Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang”, mengaku belum pernah membaca kumpulan surat Kartini. Bahkan ironisnya, banyak orang yang menyatakan tidak pernah melihat wujud buku tersebut.


[Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]
“Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella?”


[Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902]
“Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.


Suatu ketika, takdir membawa Kartini pada suatu pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat yang juga adalah pamannya. Pengajian dibawakan oleh seorang ulama bernama Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar (atau dikenal Kyai Sholeh Darat) tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertarik sekali dengan materi yang disampaikan (ini dapat dipahami mengingat selama ini Kartini hanya membaca dan menghafal Quran tanpa tahu maknanya). Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Berikut ini dialog-nya (ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat).


“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?” Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?”. Kyai Sholeh Darat balik bertanya, sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah terlintas dalam pikirannya.
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”


Setelah pertemuan itu nampaknya Kyai Sholeh Darat tergugah hatinya. Beliau kemudian mulai menuliskan terjemah Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada pernikahan Kartini , Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Tapi sayang, tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga Al-Quran tersebut belum selesai diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa Jawa.


Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari kegelisahan dan pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah.


Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. (Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda adalah “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah “Habis Gelap Terbitlah Terang”).


sumber : http://penadakwahku.wordpress.com/2010/10/30/surat-kartini/

SYIRIK KUNO DAN SYIRIK MODERN

Tak hanya zaman dan teknologi yang berkembang menjadi makin modern "syirik" si dosa paling besar itu juga pengin ikutan memodenisir diri.[Masyaallah]

     Syirik adalah dosa besar nomor wahid (satu) karena ulahnya tak tanggung-tanggung, yaitu berani membikin sekutu kepada Allah. Begitu beraninya mereka melecehkan Allah Yang Maha Segalanya itu dengan membikin sesuatu yang dianggap memiliki Allah.

     Maka tersebutlah dai zaman kuno berhala-berhala Arab: Latta, Uzza, Manaat, Hubal, dan lainnya.

  •      Dewa-dewa Hindu : Sang Hyang Syiwa, Brahma, Wisnu, dan lainnya.
  •      Dewa-dewa pemeluk ajaran Budha, Tao, Shinto, Khong Hu Cu, dan lainnya.
  •      Penguasa-penguasa gaib di Jawa : Yai Loro Kidul, Sunan Lawu, Eyang Merapi, dll.
  •      Dewa-dewa Mesir kuno: Ra, Osiris, Isis dll.
  •      Dewa-dewa Yunani kuno: Zeus, Poseidon Appolo, Aprodite, dan lainnya.
  •      Dewa-dewa Persia Kuno: Ahuramazda.
  •      Dewa Jepang Kuno: Ameterazu.
  •      Tuhan Yahudi selain Allah, Uzair anak Allah.
  •      Tuhan Nashara selain Allah, Isa anak Allah.
     Mengapa mereka disebut sekutu Allah? Ya, Sebab mereka disembah, diibadahi, diberi sesaji dan diyakini mampu memberikan manfaat serta menimpakan madharat kepada manusia. Padahal kemampuan itu hanya dimiliki oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.      Seluruh aturan berhala itu ditaati, sebab takut kena balak bila menentangnya. Ini hakikat penuhanan kepada selain Allah. Allah berfirman pada surat At-Taubah:31,






اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan (menjadikan tuhan) Al-masih ibnu Maryam; padahal tidaklah mereka itu diperintahkan, kecuali agar mengibadahi Tuhan yang Esa; tiada Tuhan selain Dia; Mahasuci Dia dari apa yang mereka sekutukan 
     Orang Nashara sepeninggal Nabi Isa as. , mematuhi dengan membuta apa saja yang diperintahkan oleh pendeta-pendeta mereka untuk mempertuhankan Nabi Isa as., padahal mereka diperintah hanya untuk menyembah Allah Yang Esa Saja.                                                              
     

        Ketaatan membabi buta seperti ini digolongkan pada kelakuan mempertuhankan pendeta-pendeta (manusia), sehingga mereka terjatuh ke dalam kesyirikan. Itulah bentuk kesyirikan yang dilakukan orang Yahudi dan Nashara sampai saat ini. Dengan pengertian ini, maka cukuplah seseorang menjadi syirik, apabila mereka menaati aturan apa saja yang diperintahkan padanya, dan tergolong mempertahankan sesuatu yang ditaatinya itu. Perintah Allah dan Rasul tak diindahkan lagi, karena memilih menaati kepada perintah thaghutnya. Ustadz Abu Bakar Baasyir menegarai bahwa praktek semacam itu juga terjadi dalam pelaksanaan demokrasi, sebagai berikut:
   
      Isme Demokrasi berdoktrin, bahwa "suara rakyat adalah suara Tuhan", itu artinya apa yang dimaui rakyat mutlak harus ditaati. Apabila dalam voting sekelompok rakyat memenangkan 50% + 1, berarti mereka menjadi pemenang dan yang lain wajib mengikutinya, walaupun bathil.
     

     Dengan cara ini, apabila pemenangnya golongan kafir, maka kemauan kafirin yang bathil harus ditaati dan hukum Allah yang haq dicampakkan. Contoh konkrit yang bisa disimak adalah hukum kafir yang menghukum pencuri atau keruptor dengan hukuman penjara, yang mereka katakan lebih manusiawi. Hukum Allah "Potong tangan" yang haq mereka tolak. Akhibatnya, korupsi tak pernah bisa diberantas tuntas, sementara anggaran untuk membuat dan membiayai logistik penghuni penjara sangat besar, namun hasilnya sangan minim. Tak ada penjahat yang kapok. Padahal kalau hukum Allah ditegakkan, koruptor akan dipotong tangannya secara medis yang manusiawi, lalu dilepaskan. Tak perlu biaya besar untuk penjara, dan keruptor akan kapok. Demikian pula yang ingin kerupsi akan ketakutan.
     

      Namun hukum Allah yang haq ini selalu ditolak, ditukar dengan hukum bathil bikinan manusia yang tidak menyelesaikan masalah. Demikian pula kasus perzinaan. Menurut syari'at Allah, pelacur jelas pezina, yang seharusnya dihukum rajam sampai mati. Namun dengan dalih hak asasi manusia, mereka malah dilegalisir sebagai pekerja sex komersial yang tak dikenai sanksi hukum. Kejahatan dan pelecehan sek semakin meraja lela, penyakit akibat sex bebas juga merabak. Hukum Allah yang haq tak pernah diindahkan, bahkan oleh para petinggi yang mengaku muslim dan berpedoman Al-Quran.  Ustadz Abu mengingatkan bahwa siapa pun yang ikut terlibat dalam pemberlakuan hukum bathil ini, di akhirat harus berhadapan dengan hukum Allah, dan ganti akan dihukum bakar hidup-hidup di neraka jahannam. Di dunia mereka boleh teriak lantang girang memenangkan pemilihan, namun di akhirat mereka akan melolong histeris menebus "kesyirikanntya mempertuhankan undang-undang bikinan manusia". Inilah syirik modern yang beliau beri istilah SYIRIK UNDANG-UNDANG.
    

     Namun inilah fakta. Tetapi sekaligus menjadi bukti riil. bahwa mayoritas muslimin negeri masih memberikan dirinya terborgol oleh syirik undang-undang, yang melumat habis sisa imannya.


Astagfirullahal'Adziim!


Na'udzubillah min syarri dzalik!

     Sekali lagi Ustadz Abu meningingatkan seluruh muslimin dari eselon paling atas sampai ke eselon paling bawah, seharusnya segera menanggalkan baju demokrasinya kalau.... ya kalau.... mereka masih ingin mencium semerbaknya jannah, dan merindu lembutnya belai khurin'in.
     Siapakah Anda?



sumber : http://miniaturislam.blogspot.com
 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design